Makalah Ta'limul Muta'allim " Memilih Ilmu, Guru dan Ketabahan dalam Menuntut ilmu "
MAKALAH
MEMILIH
ILMU, GURU, TEMAN DAN KETABAHAN DALAM MENUNTUT ILMU
Disusun
oleh :
1.
|
Eka al-Munawwaroh
|
2.
|
Felita Elvina Azmi
|
3.
|
Khoirika Latifa B.S
|
4.
|
Laelatul Hidayah
|
WUSTHO
F
YAYASAN
PONDOK PESANTREN
WAHID
HASYIM Yogyakarta
2017-2018
Sebagai seorang Muslim
kita diwajibkan untuk menuntut ilmu, seperti yang disabdakan Rasulullah SAW :
قاَلَ رَسُولُ اللهِ صلى الله علَيْهِ وسلّم: طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَة علَى كلِ مسلِم ومسلمة
"Menuntut ilmu wajib bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan".
Dalam menuntut ilmu, jika kita
tidak ingin ada kesalahan baik itu saat menuntut ilmu maupun setelah menuntut
ilmu, kita harus mengetahui syarat-syarat ataupun tata cara dalam menuntut ilmu
dan melaksanakannya. Diantara syarat-syarat tersebut adalah tentang memilih
ilmu yang akan dipelajari, memilih guru yang akan dijadikan sumber pelajaran,
ketabahan dalam menuntut ilmu dan cara memilih teman saat kita sedang menuntut
ilmu, yang dalam hal ini akan kami bahas.
A. Memilih Ilmu
Seorang penuntut ilmu harus
benar-benar mencermati ilmu yang akan dipelajarinya, baru kemudian memilih ilmu
yang paling baik atau paling cocok dengan dirinya, baik ilmu yang dibutuhkan
saat itu maupun ilmu yang dibutuhkan untuk masa yang akan datang.
Menurut kitab Ta’limul Muta’allim,
ilmu yang paling utama harus dipelajari adalah ilmu tauhid, karena dengan ilmu
tauhid kita dapat mengetahui sifat-sifat Allah berdasarkan dalil yang otentik.
Meskipun orang yang imannya taklid dianggap sah oleh ulama terdahulu, tapi
perbuatan tersebut tetap berdosa karena hal itu menunjukkan bahwa orang
tersebut tidak mau mencari dalil untuk menguatkan imannya. Oleh karena itu
mempelajari ilmu tauhid diutamakan.
Dianjurkan pula bagi seorang
penuntut ilmu untuk memilih mencari ilmu-ilmu kuno daripada ilmu-ilmu baru.
Seperti yang dikatakan oleh para ulama :
عَلَيْكُمْ بِالْعَتِيْقِ وَاِيَّاكُمْ بِالمُحْدَثَاتِ
” Berpeganglah pada
ilmu yang kuno atau dahulu dan takutlah kalian pada ilmu yang baru”.
Ilmu-ilmu kuno dalam hal ini adalah
ilmu agama yang berasal dari Rasulullah, sahabat dan orang-orang yang mengikuti
mereka seperti ilmu tauhid, ilmu fiqh, ilmu akhlak. Sedangkan ilmu-ilmu baru
adalah ilmu yang dikembangkan oleh ilmuwan jaman dulu yang tidak ada kaitannya
dengan ilmu agama seperti ilmu manthiq, ilmu hikmah, ilmu khilaf.
Menurut sabda
Rasulullah SAW, dalam menuntut ilmu kita perlu mewaspadai dan menghindari debat
atau pertentangan, karena dengan debat akan menjauhkan orang yang mencari ilmu
dari kepahaman, menyia-nyiakan umur, mendatangkan keresahan atau kegundahan,
dan permusuhan dari keduanya. Adapun debat adalah salah satu tanda dari hari
kiamat, hilangnya ilmu, kepahaman, pengetahuan-pengetahuan yang baru.
B. Memilih Guru
وَقَالَ اَبُوْ حَنِيْفَةَ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالٰى وَجَدْتُهُ شَيْخًاوَقُوْرًا
حَلِيْمًا صَبُوْرًا. وَقَالَ : ثَبَتُّ عِنْدَ حَمًادِبْنِ أَبِى سُلَيْمَانَ
فَنَبَتُّ.
Abu Hanifah berkata : “beliau adalah seorang guru
berakhlak mulia, penyantun dan penyabar. Aku bertahan mengaji kepadanya hingga
aku seperti sekarang ini.”
Begitulah kurang-lebih
perkataan Abu Hanifah tentang gurunya setelah memikirkan dengan matang sebelum
menjatuhkan pilihannya kepada Hammad bin Abu Sulaiman sebagai gurunya.
Berdasarkan cerita Abu
Hanifah tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa, dalam memilih guru bagi seorang penuntut ilmu juga
perlu diperhatikan, seperti yang dikatakan Abu Hanifah, guru tersebut haruslah
berakhlak mulia, penyabar dan bijaksana. Akan lebih baik kita memilih guru yang
sudah berumur atau sudah tua, sifatnya yang waro’ dan ‘alim.
C. Musyawarah
مَا هَلَكَ اُمْرَؤٌ عَنْ مَشُوْرَةٍ
“ Tidak akan rusak orang yang
bermusyawarah!” ucap Ali bin Abi Thalib r.a dengan
tegas.
Dikatakan bahwa manusia itu ada tiga macam:
1)
Somebody ( Orang
yang benar – benar sempurna )
2)
Half-Body ( Orang
yang setengah sempurna )
3)
Nobody ( Orang
yang tidak sempurna sama sekali )
Adapun orang yang benar – benar sempurna adalah orang
yang pendapat – pendapatnya selalu benar dan mau bermusyawarah. Orang yang
setengah sempurna adalah orang yang pendapatnya benar tapi tidak mau
bermusyawarah. Dan orang yang tidak sempurna sama sekali adalah orang yang
pendapatnya salah dan tidak mau bermusyawarah.
Imam Ja’afar Shiddik berkata kepada
Sufyan Tsauri, “Musyawarahkan urusanmu kepada orang yang takut akan Allah.”
Imam
Abu Hanifah juga pernah menceritakan tentang seorang ahli hikmah yang masih
dimintai pendapatnya oleh seseorang yang akan belajar ke Bukhara.
Bagi seorang pelajar memang dianjurkan
senang bermusyawarah dengan orang yang lebih pintar darinya agar tidak
tersesat. Rasulullah SAW sekalipun tetap diperintahkan bermusyawarah oleh Allah
SWT dalam segala hal bahkan hingga hal-hal yang menyangkut rumah tangga.
Hal itu dikarenakan, mencari
ilmu adalah perbuatan yang luhur dan perkara yang sulit, maka bermusyawarah
atau meminta nasihat kepada orang alim itu penting, dan suatu keharusan.
D. Kesabaran dan Ketabahan Menuntut Ilmu
Kesabaran dan ketabahan
atau ketekunan adalah pokok dari segala urusan. Tapi jarang sekali orang yang
mempunyai sifat – sifat tersebut, sebagaimana kata dalam sebuah syair:
لِكُلٍّ اِلٰى شَأْوِالْعُلَى حَرَكَاتُ ٭ وَلٰكِنْ
عَزِيْزٌ فِى الرِّجَالِ ثَبَا تُ
”Setiap
orang pasti mempunyai hasrat memperoleh kedudukan atau martabat yang mulia * Namun
jarang sekali orang yang mempunyai sifat sabar, tabah, tekun dan ulet.
Ada juga yang berkata
bahwa keberanian adalah kesabaran menghadapi kesulitan dan penderitaan. Oleh
karena itu, seorang pelajar harus berani bertahan dan bersabar dalam menuntut
ilmu duniawi khususnya akhirwi yang harus bersabar dalam mengaji dan dalam
membaca sebuah kitab. Tidak meninggalkannya sebelum tamat atau selesai. Tidak
berpindah – pindah dari satu guru ke guru yang lain, dari satu ilmu ke ilmu
yang lain. Padahal ilmu yang dia pelajari belum dikuasai, dan tidak pindah-
pindah dari satu daerah ke daerah yang lain, supaya waktunya tidak terbuang sia
– sia.
Sebaiknya pula, pelajar selalu memegangi kesabaran hatinya dalam
mengekang kehendak hawa nafsunya. Seorang penyair berkata : “Sungguh hawa
bafsu itu rendah nilainya, barang siapa terkalahkan oleh hawa nafsunya bearti
dia terkalahkan oleh kehinaannya.”
Seorang
pelajar mestinya harus tabah dalam menghadapi ujian dan cobaan. Sebab ada yang
mengatakan bahwa gudang ilmu itu selalu diliputi dengan cobaan dan ujian. Ali
bin Abi Thalib berkata : “Ketahuilah, kamu tidak akan memperoleh ilmu
kecuali dengan hal enam perkara, yaitu befikir, semangat, sabar, memiliki
bekal, petunjuk atau bimbingan guru dan waktu yang lama ataupun menetap.”
E. Memilih Teman
عَنِ الْمَرْءِ لَا تَسْأَلُ وَاَبْصِرْ قَرِيْنَهُ ٭ فَاِنَّالْقَرِيْنَ
بِالْمُقَارِنِ يَقْتَدِىْ
فَاِنْ كَانَ ذَاشَرٍّفَجَنِّبْهُ سُرْعَةً ٭ وَاِنْ كَانَ ذَا خَيْرٍ
فَقَارٍنْهُ تَهْتَدِىْ
“ Jangan bertanya tentang kelakuan seseorang, tapi lihatlah siapa temannya.
Karena orang itu biasanya mengikuti temannya. Kalau temanmu berbudi buruk, maka
menjauhlah segera. Dan bila berlaku baik maka bertemanlah dengannya, tentu kamu
akan mendapat petunjuk.”
Dari syi’ir diatas kita bisa mengetahui bagaimana cara
memilih teman, yaitu teman dengan kepribadian yang baik (tekun
belajar, bersifat wara’ dan berwatak Istiqamah, dan orang – orang yang suka
memahami ayat – ayat Al – Quran dan hadist Nabi ), karena dengan begitu kita akan
terpengaruh sikap baiknya, begitu pula sebaliknya jika kita berteman dengan
orang yang berkepribadian buruk kita juga bisa terpengaruh sikap buruknya (malas,
banyak bicara, suka merusak, dan suka memfitnah ).
Seperti yang pernah disabdakan
Rasulullah SAW:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلٰى فِطْرَةِ الْاِسْلَامِ اِلَّا اَنَّ
اَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهٖ وَيُمَجِّسَانِهٖ
“ Setiap
anak yang dilahirkan itu dalam keadaan fitrah ( Suci ). Kedua orang tuanyalah
yang menyebabkan ia menjadi Yahudi, Nasrani ataupun Majusi.”
Kata “ orangtua “ dalam hal ini dapat kita artikan
dengan orang-orang terdekat kita seperti saudara dan teman.
Berikut ada kata – kata hikmah berbahasa persi yang
artinya:
“Teman yang jahat itu lebih bahayanya daripada ular
berbisa. Karena teman yang jahat itu akan menjerumuskan Anda kedalam neraka Jahim.
Oleh karena itu, bertemanlah dengan orang – orang yang baik, karena ia dapat
menyebabkan Anda masuk surga.”
SUMBER
INFORMASI
Kitab
Ta’limul Muta’allim
Comments
Post a Comment