Budaya Organisasi
Budaya
organisasi adalah suatu sistem barbagi arti yang dilakukan oleh para anggotanya
yang membedakan organisasi satu dengan
organisasi lainnya. Budaya organisasi memperlihatkan perspektif dari para
anggota organisasi yang sama. Oleh karena itu, kita akan mengharapkan para
individu dengan latar belakang yang berbeda untuk menggambarkan budayanya dalam
istilah yang sama. Dalam sebuah organisasi terlebih organisasi yang besar,
budaya yang terdapat didalamnya beragam baik itu budaya dominan maupun
subkultur. Semakin kuat budaya tersebut, semakin besar pengaruhnya terhadap
perilaku organisasi. Perlu diperhatikan bahwa budaya dan formalisasi merupakan
dua hal yang berbeda, meskipun memiliki satu tujuan. Semakin kuat budaya
organisasi, maka akan semakin berkurang kebutuhan manajemen dalam mengembangkan
regulasi formal dalam mebimbing perilaku para anggotanya. Adapun
karakteristik-karakteristik umum dari budaya organisasi : inovasi dan
pengambilan risiko, memperhatikan detail, orientasi pada hasil, orientasi pada
orang, orientasi pada tim, keagresifan dan stabilitas.
Fungsi
dari adanya budaya dalam organisasi. Pertama, membentuk identitas organisasi
agar dapat dibedakan dari organisasi lain. Kedua, collective commitment.
Ketiga, sense making device. Keempat, social system stability.
Selain fungsi, budaya organisasi juga menimbulkan efek terhadap keberlangsungan
organisasi, yaitu efek fungsional dan efek disfungsional. Efek fungsional dari
budaya organisasi adalah, pertama menciptakan iklim, yaitu persepsi yang
tersebar yang dimiliki oleh para anggota organisasi dan lingkungan kerja
mereka. Adapun beberapa dimensi iklim, meliputi inovasi, kreativitas,
komunikasi, kehangatan, dukungan, keterlibatan, keselamatan, keadilan,
keanekaragaman, serta layanan konsumen. Kedua,menciptakan budaya yang etis,
yaitu konsep yang tersebar mengenai perilaku benar dan salah di tempat kerja
yang nantinya akan mencerminkan nilai organisasi sebenarnya. Ketiga, budaya
dapat menciptakan inovasi, sebagian besar perusahaan yang inovatif seringkali
ditandai dengan keterbukaan mereka, tidak konvensional, kolaboratif, berbasis
visi dan budaya mempercepat. Mengapa budaya yang inovatif diperlukan? Karena
budaya inovatif menitikberatkan pada pemecahan permasalahan sehingga perusahaan
atau organisasim dapat bertahan hidup dan berkembang. Keempat, budaya sebagai
suatu aset, yaitu budaya dapat memberikan kontrisbusi secara signifikan pada
dasar dari organisasi.
Efek
disfungsional yaitu efek yang menghambat organisasi untuk menjadi berkembang
lebih baik. Persepsi budaya sebagai suatu kewajiban merupakan efek
disfungsional. Ada beberapa hal yang menjadikan budaya menjadi suatu kewajiban,
intstitusionalisasi yaitu sebuah kondisi yang terjadi ketika sebuah organisasi
mengambil hidup sendiri, terpisah dari para anggotanya, serta memperoleh
keabadian. Budaya merupakan sebuah kewajiban ketika nilai yang diberikan tidak
sesuai dengan mereka yang memajukan efektivitas organisasi. Budaya merupakan
sebuah kewajiban ketika manajemen merekrut para pekerja yang baru yang berbeda
dari mayoritas dalam ras, umur, gender, kecacatan, atau karakteristik lainnya
yang nantinya menciptakan sebuah paradoks. Ketika manajemen memutuskan akuisisi
atau merger, sehingga harus melihat seberapa baik penyesuaian dari dua budaya
organisasi tersebut.
Sebuah
budaya organisasi tidak keluar begitu saja, namun ada beberapa hal yang menjadi
faktor terciptanya sebuah budaya. Penciptaan budaya terjadi dalam tiga cara.
Pertama, para pendiri merekrut dan mempertahankan para pekerja yang berpendapat
dan merasakan hal yang sama dengan yang mereka lakukan. Kedua, mereka
menanamkan dan menyosialisasikan cara mereka dalam berpikir dan merasakan
terhadap para pekerja. Terakhir, perilaku dari para pendiri sendiri mendorong
para pekerja untuk mengidentifikasi dengan mereka dan menginternalisasikan
keyakinan, nilai dan asumsi mereka. Ketika organisasi telah berhasil, maka
kepribadian dari para pendiri menjadi tertanam dalam budaya.
Ketika
sebuah budaya telah terbentuk, jarang sekali budaya tersebut memudar atau
menghilang, hal ini karena organisasi mempraktekan budaya tersebut kepada para
pekerja dengan memberikan suatu pengalaman yang sama. Untuk mempertahankan
suatu budaya kita dapat melakukan tiga hal. Pertama, pemilihan, tujuan dari
proses pemilihan adalah untuk mengidentifikasi dan merekrut para individu
dengan pengetahuan, keahlian dan kemampuan untuk bekerja dengan berhasil.
Kedua, manajemen puncak yaitu para eksekutif senior yang menetapkan norma-norma
melalui kata-kata yang menyaring
mengenai, sebagai contoh, apakah pengambilan risiko yang lebih
diinginkan dan lainnya. Ketiga, sosialisasi yaitu suatu proses yang membantu
para pekerkja untuk menyesuaikan diri terhadap budaya organisasi. Sosialisasi
merupakan cara yang cukup bagus untuk membantu memepertahankan dan
mengimplementasikan budaya organisasi. Adapun untuk mempelajari budaya dalam
suatu organisasi bagi para pekerja, dapat melalui cerita-cerita yang beredar
dalam organisasi tersebut, ritual yang dilakukan para anggota organisasi secara
rutin, simbol-simbol yang digunakan organisasi untuk menunjukkan budayanya, dan
bahasa yang khusus digunakan dalam organisasi tersebut, bahasa ini dapat berupa
akronim dan jargon.
Budaya
organisasi yang baik salah satunya adalah budaya organisasi yang beretika. Hal
ini dikarenakan jika suatu budaya yang kuat dan mendukung standar etika yang
tinggi, maka akan memiliki pengaruh yang sangt ampuh dan positif terhadap
perilaku kerja. Organisasi yang gagal dalam menetapkan kode etik perilaku dapat
menciptakan perilaku negatif dari para pekerjanya, contoh menipu para konsumen
atau para kliennya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, untu menciptakan
suatu budaya yang lebih beretika, manajer maupun pemimpin dapat melakukan
hal-hal seperti, menjadi panutan yang terlihat, mengkomunikasikan ekspektasi
yang beretika, menyediakan pelatihan yang pelatihan yang beretika, pemberian
imbalan atas tindakan beretika yang tampak dan memberikan hukuman atas tindakan
yang tidak beretika, serta menyediakan mekanisme perlindungan bagi para
pekerja. Selain buday organisasi yang beretika, budaya organisasi yang positif
juga diperlukan dalam organisasi. Yaitu, budaya yang menekankan pad membangun
kekuatan pekerja, memberkan imbalan yang lebih sering daripada memberikan
hukuman, serta menekankan pada vitalitas dan pertumbuhan individu.
Sumber : Perilaku Organisasi oleh Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge
Comments
Post a Comment