Dasar Dari Perilaku Kelompok


Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat kelompok-kelompok yang membantu kita untuk dapat bersosialisasi dengan warga lainnya. Begitu pula dalam sebuah organisasi atau perusahaan, kelompok-kelompok kerja dibentuk untuk mencapai tujuan dengan lebih efektif dan efisien. Pengertian kelompok sendiri adalah dua individu atau lebih, yang saling berinteraksi dan saling bergantung yang datang bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Kelompok dapat bersifat formal dan informal, kelompok formal adalah kelompok kerja yag ditetapkan oleh suatu organisasi, sedangkan kelompok informal adalah kelompok yang tidak ditentukan secara organisasional, kelompok informal ini terbentuk secara alamiah karena adanya kontak sosial seseorang.
Kelompok terbentuk karena adanya kebutuhan seseorang dalam mencari identitas sosialnya. Menurut teori identitas sosial seseorang memiliki kecenderungan dalam memilih anggota kelompoknya, hal ini dikarenakan harus adanya kecocokan dengan orang yang akan dijadikan anggota kelompoknya. Kecocokan tersebut dapat dilihat dari identitas sosial seseorang seperti kesamaan, keunikan, status dan penurunan yang tidak pasti. Namun, teori tersebut akan menimbulkan sikap favoritisme dalam kelompok, yang terjadi ketika kita memandang kelompok kita lebih baik daripada orang lain yang tida masuk dalam kelompok kita.
Dalam perjalanan suatu kelompok, tentunya kelompok tersebut mengalami perkembangan. Perkembangan kelompok sendiri tidak terjadi secara tiba-tiba pada suatu waktu, suatu kelompok harus melalui tahapan-tahapan untuk mengembangkan kelompoknya. Model Lima Tahap merupakan salah satu cara kita dapat mengembangkan kelompok. Tahap membentuk, tahap pertama yang dipenuhi ketidakpastian mengenai tujuan, struktur dan kepemimpina kelompok. Tahap mempeributkan, yaitu mulainya konflik dalam kelompok, salah satunya konflik mengenai kepemimpinan kelompok. Setelah melalui tahap kedua, akan terbentuk struktur kelompok yang kuat, sehingga suatu kelompok dapat menapaki tahap menyusun norma yang ditunjukan dengan adanya kedekatan dan kekompakan antar anggota. Tahap mengerjakan dimana kelompk tersebut sudah sepenuhnya fungsional. Tahap terakhir yaitu tahap membubarkan, dimana kelompok memusatkan perhatian untuk mengakhiri kegiatan, bukan mengakhiri kinerja tugas, tahap ini terjadi pada kelompok sementara.
Suatu kelompok kerja dapat memprediksi perilaku individu didalam kelompoknya yang dapat memengaruhi kinerja kelompok itu sendiri. Perilaku individu ini dapat kita lihat melalui beberapa properti yang membentuknya. Peran, adalah pola perilaku seseorang yang dikaitkan dengan kedudukan seseorang dalam unit sosial, misal suami, manajer perusahaan, anggota suatu lembaga sosial. Dapat kita lihat bahwa setiap orang memiki labih dari satu peran, maka dari itu seseorang harus dapat berperilaku sesuai perannya dalam situasi tertentu.
Norma adalah standar perilaku yang diterima oleh kelompok berdasarkan baik-buruknya hal tersebut dan standar ini berlaku dalam kelompok. Status, adalah suatu posisi atau peringkat seseorang yang didefinisikan secara sosial yang didapat dari anggota keompok lain. Dengan adanya norma dan status ini, memaksakan seseorang dalam berperilaku, karena dia harus memikirkan statusnya dalam kelompok dan mematuhi norma dalam kelompok suka ataupun tidak. Besaran, adalah besarnya suatu kelompok yang dapat memengaruhi perilaku kelompok tersebut. Besarnya kelompok, tidak dilihat secara jumlah anggota namun tujuan dibentuknya kelompok tersebut. Jika kelompok dibuat untuk suatu proyek perusahaan, maka sebaiknya merekrut anggota lebih banyak, hal ini membuat kelompok mendapat masukan yang beragama mengenai proyek yang akan dijalankan. Sedangkan jika kelompok dibuat untuk suatu penelitian, maka tujuh anggota lebih baik.
Kekompakan adalah keadaan dimana para anggotanya tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tetap bertahan dalam kelompok. Tentu saja kekompakan setiap kelompok berbeda, maka dari itu seorang pemimpin kelompok harus membuat suatu kegiatan yang dapat membuat kekompakan kelompoknya meningkat, seperti pergi rekresai bersama, makan siang bersama. Kekompakan sangat memengaruhi produktivitas kelompok apalagi jika dikombinasikan dengan norma kelompok yang baik. Keragaman, adalah sejauh mana para anggota dari suatu kelompok memiliki kesamaan atau perbedaan satu sama lain. Keragaman ini dapat kita lihat pada keragaman budaya, latar belakang, gender dan lain sebagainya. Adanya keragaman dalam kelompok membuat sering terjadinya konflik, terlebih pada tahap pertama pengelompokan. Namun seiring berjalannya waktu, ketika suatu kelompok dapat mengatasi keragaman tersebut, kelompok itu dapat memecahkan permasalahan dengan baik dengan cara-cara yang unik.
Kelompok merupakan media yang sempurna untuk mengerjakan beberapa langkah dalam proses pengambilan keputusan, karena dapat menghasilkan informasi dan pengetahuan yang lebih lengkap. Kelompok yang memiliki keragaman latar belakang, maka alternatif yang dihasilkan menjadi lebih ekstensif dan analisis menjadi sangat penting. Ketika suatu keputusan final dihasilkan akan banyak yang mendukung dan mengimplementasikannya. Keunggulan-keunggulan tersebut dapat mengurangi dampak dari waktu yang telah dihabiskan suatu kelompok untuk membuat keputusan, konflik internal yang terjadi serat tekanan karena adanya norma.
Pengambilan keputusan yang dilakukan kelompok memerlukan teknik tertentu agar selama proses pengambilan keputusan berjalan secara efektif dan efisien. Ada beberap teknik yang dapat kita terapkan, kelompok yang berinteraksi, yaitu kelompok yang para anggotanya saling berinteraksi berhadapan muka satu sama lain. Teknik ini sering muncul adanya tekanan untuk mematuhi norma, sehingga anggota tidak bebas dalam mengajukan gagasannya. Sumbang pendapat, para anggota yang berkumpul dalam proses pengambilan keputusan mengajukan gagasannya tanpa takut adanya tekanan dan kritikan yang muncul, karena dalam teknik ini bertujuan untuk mendorong munculnya seluruh alternatif yang ada, namu teknik ini tidaklah efisien. Teknik kelompok nominal, yaitu teknik pengambilan keputusan dimana para anggotanya hadir dan menuliskan gagasannya pada suatu kertas atau papan, kemudian gagasan-gagasan yang ada akan dievaluasi satu persatu sebelum keputusan final. Teknik ini hampir mirip dengan teknik voting dalam pemilihan ketua kelas, ketua asarama dan lainnya.
 

Sumber : Perilaku Organisasi oleh Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge

Comments

Popular posts from this blog

Makalah Ta'limul Muta'allim " Memilih Ilmu, Guru dan Ketabahan dalam Menuntut ilmu "

Budaya Organisasi

Keragaman Dalam Organisasi