Konsep Motivasi
Motivasi
bukan hanya mengenai bekerja keras, motivasi juga mencerminkan sudut pandang
individu mengenai kemampuan individu itu sendiri. Maka dari itu motivasi
merupakan salah satu aspek penting dalam perilaku organisasi. Pengertian
motivasi sendiri adalah proses yang menjelaskan mengenai kekuatan, arah dan
ketekunan seseorang dalam upaya untuk mencapai tujuan. Kekuatan menggambarkan
seberapa kerasnya seseorang dalam berusaha, arahan merupakan tujuan organisasi
yang diupayakan dan kekuatan mengukur berapa lama seseorang dapat
mempertahankan upayanya.
Untuk
menilai motivasi seseorang atau bahkan diri kita sendiri, kita dapat
menggunakan teori-teori motivasi, baik itu menggunakan teori klasik maupun
kontemporer. Ada empat teori dalam teori motivasi klasik yang dirumuskan selama
tahun 1950-an. Teori Hirarki Kebutuhan, teori yang dibuat oleh Abraham
Maslow ini menganggap bila setiap kebutuhan yang lebih dasar telah terpenuhi,
maka kebutuhan berikutnya akan menjadi dominan. Maslow merumuskan kebutuhan
menjadi lima tingkat, yaitu fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan dan
aktualisasi diri. Teori X dan Teori Y yang diusulkan Douglas McGregor,
dimana teori X merupakan sisi negatif dan teori Y positif. Teori X menganggap
bahwa para pekerja pada dasarnya tidak menyukai bekerja sehingga harus
diarahkan atau bahkan dipaksa untuk melakukan perbuatnnya. Sebaliknya, Teori Y
menganggap bahwa para pekerja memandang pekerjaanya sebagai sesuatu yang
alamiah, maka dari itu para pekerja dapat belajar menerima dan bahkan mencari
tanggung jawab.
Teori
Dua-Faktor, merupaka teori yang mengaitkan faktor-faktor
intrinsik dengan kepuasan kerja dan menghubungkan faktor ekstrinsik dengan
ketidakpuasan kerja. Teori yang dikembangkan Hertzberg ini juga dinamakan teori
motivasi murni (motivation hygiene theory). Teori Kebutuhan
McClelland, suatu teori yang menyatakan bahwa pencapaian, kekuasaan dan
afiliasi adalah tiga kebutuhan yang penting dan dapat membantu dalam
menjelaskan motivasi. Meskipun teori ini memiliki dukungan riset yang terbaik,
teori ini dianggap kurang praktis daripada teori lainnya, karena McClelland
berpendapat bahwa kebutuhan berada di alam bawah sadar, sehinnga kita tidak
dapat mengukurnya. Empat teori klasik ini masih banyak digunakan oleh para
manajer, meskipun saat ini teori-teori tersebut diragukan keabsahannya.
Teori-teori
motivasi kontemporer memiliki satu persamaan : masing-masing memiliki tingkat
wajar atas dokumentasi pendukung yang valid. Disebut “teori kontemporer” karena
merupakn pernyataan terkini dalm menjelaskan motivasi pekerja. Teori
Penentuan Nasib Sendiri, teori motivasi yang memusatkan perhatian pada
pengaruh yang menguntungkan dari motivasi secara intrinsik dan pengaruh yang
merugikan bagi motivasi secara ekstrinsik. Teori ini memunculkan hipotesa bahwa
imbalan secara ekstrinsik akan mengurangi ketertarikan secara intrinsik atas
tugas (teori evaluasi kognitif).
Keterlibatan
Pada Pekerjaan, merupakan investasi atas fisik,
kognitif dan energi emosional pekerja kedalam kinerja. Faktor-faktor yang
memengaruhi seseorang ntuk terlibat dalam pekerjaannya antara lain adalah
keadaan dimana pekerja meyakini manfaat untuk terliba dengan pekerjaan,
kesesuaian antara nilai individu dengan nilai organisasi, serta perilaku
kepemimpinan yang menginspirasi para pekerja. Namun, konsep ini banyak mendapat
kritikan, salah satunya kritikan mengenai hubungan antara keterlibatan dengan
konflik keluarga-pekerjaan. Teori Penetapan Tujuan, suatu teori yag
mengatakan bahwa tujuanyang spesifik dan sulit dengan umpan balik, akan
mengarahkan pada kinerja yang lebih tinggi.
Teori
Efikasi Diri, suatu keyakinan individu bahwa dia
mampu untuk melaksanakan tugas. Efikasi diri dapat menciptakan spiral yang
positif, yaitu orang dengan efikasi diri yang tinggi akan menjadi lebih
terlibat dalam tugas mereka, yang kemudian akan meningkatkan kinerja, dan lebih
jauh lagi meningkatkan efikasi. Untuk mencapai level efikasi diri yang tinggi,
para manajer dapat meneraapkan teori penetapan tujuan dan teori efikasi diri
seca bersama-sama. Penetapan tujuan yang sulit untuk seorang pekerja
mengartikan kepercayaan manajer pada pekerjanya. Teori Penguatan, suatu
teori yang mengatakan bahwa perilaku merupakan fungsi dari konsekuensinya.
Teori ini mengabaikan keadaan dari dalam individu dan hanya memusatkan
perhatian pada apa yang terjadi ketika seseorang melakukan tindakan.
Teori
Keadilan/ Keadilan Organisasi. Teori keadilan
merupakan suatu teori yang membandingkan apa yang diperoleh oleh seorang
pekerja (hasil pekerjaan) seperti gaji, promosi dan pengakuan dengan apa yang
mereka masukkan kedalamnya (input) seperti usaha, pengalaman dan pendidikan.
Keadilan Organisasi merupakan persepsi keseluruhan mengenai apa itu keadilan
ditempat kerja, terdiri atas keadilan distributif, prosedura, informasional dan
interpersonal. Teori Ekspektansi, merupakan teori yang menyatakan bahwa
kekuatan kecenderungan kita untuk bertindak dengan cara tertentu bergantung
pada kekuatan ekpektasi terhadap hasil dari tindakan itu dan ketertarkan
individu kepada hasil tersebut. Teori ini memusatkan pada tiga hubungan,
hubungan upaya-kinerja, hubungan kinerja-imbalan dan hubungan imbalan-tujuan
pribadi.
Dari
beberapa teori-teori motivasi kontemporer, kita dapat mengatakan bahwa salah satu
dari teori tersebut yang terbaik karena didukung dengan penelitian yang valid.
Namun, jika kita amati lebih jauh, teori-teori tersebut dapat saling
melengkapi. Seperti saat teori penetapan tujuan dan teori efikasi diri
berkolaborasi untuk mencipatakan efikasi diri yang tinggi.
Sumber : Perilaku Organisasi oleh Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge
Comments
Post a Comment