Memahami Kerja Tim


Dewasa ini, adanya tim dalam sebuah perusahaan begitu populer sehingga jika ada sebuah perusahaan yang tidak memilki tim di pandang aneh. Hal ini dikarenakan, adanya tim dapat memaksimalkan skill para karyawan, sehingga proses kerja berjalan efektif dan efisien. Keberadaan tim juga dirasa lebih fleksibel dan respontif terhadap perubahan daripada departemen atau kelompok kerja lainya yang permanen. Selain itu, adanya tim merupakan sarana efektif bagi manajemen untuk mendemokrasikan organisasi dan meningkatkan motivasi karyawan.
Perlu diperhatikan bahwa, kelompok dan tim tidaklah sama, meskipun terdiri atas dua individu atau lebih. Kelompok kerja adalah kelompok yang berinteraksi terutama untuk berbagi informasi dan mengambil keputusan untuk membantu setiap anggota yang bekerja di area tanggungjawabnya. Sedangkan, tim kerja adalah upaya antar anggota yang menghasilkan sebuah sinergi positif melalui koordinasi. Upaya ini seringkali menghasilkan level kinerja lebih besar daripada jumlah inputnya. Lebih jelasnya, upaya yang dilakukan dalam kelompok kerja hanya terbatas pada pengumpulan informasi tanpa adanya tindak lanjut untuk menghasilkan sesuatu seperti yang dilakukan tim kerja. Dapat dikatakan, tim merupakan bagian dari kelompok kerja, karena tim dibangun untuk kebermanfaatan dari interaksi setiap angota.
Tim dalam sebuah organisasi memiliki tipe tersendiri sesuai dengan apa yang dikerjakannya. Dalam hal ini ada empat tipe umum yang biasanya ada dalam organisasi. Tim pemecahan permasalahan, kelompok yang terdiri atas 5 hingga 12 karyawan dari departemen yang sama yang bertemu selama beberapa jam setiap mingu untuk membahas cara-cara meningkatkan kualitas, efisiensi dan lingkungan kerja. Tim kerja yang dikelola sendiri yaitu, kelompok yang terdiri atas 10 hingga 15 karyawan yang mengerjakan pekerjaan yang terkait dengan tanggung jawab seorang supervisor. Karena terlalu banyak tanggung jawab yang diambil tim dari supervisor menjadikan keberadaan supervisor kurang penting bahkan kadang dihilangkan.
Tim fungsional silang, merupakan kumpulan para karyawan dari level hirarki yang sama, tetapi dari area kerja berbeda baik dari di dalam organisasi maupun antar organisasi, yang datang bersama-sama untuk menyelasaikan suatu tugas, seperti mulai dari megembangkan gagasan-gagasan baru hingga megkoordinasikan proyek-proyek yang rumit. Tim virtual, merupakan tim yag menngunakan teknologi komputer untuk mengikat secara fisik para anggotanya untuk mencapai tujuan umum. Interaksi ini dapat dilakukan dengan videoconference maupun email, sehingga tim ini memiliki jarigan yang luas. Namun, interaksi menggunakan teknolgi tersebut juga memiliki tantangan tersendiri, seperti munculnya perasaan terisolasi karena tidak pernah kurangnya hubungan sosial dan interaksi langsung antar para anggotanya, pembagian informasi sebagi efek dari level virtualitasnya. Maka dari itu, agar tim virtual menjadi efektif, manajemen harus memastikan bahwa : 1) kepercayaan tercipta diantara para angota, 2) perkembangan tim akan dimonitor dengan teliti, 3) upaya dan produk tim dipublikasikan di seluruh organisasi.
Semakin tugas tim menjadi lebih rumit, maka tim seringkali menjadi lebih besar. Namun, kenaikan dalam besaran tim disertai dengan tuntutan koordinasi yang lebih tinggi, menciptakan titik jungkit yang mana tambahan anggota lebih berbahaya daripada kebaikan. Untuk memecahkan permasalahn ini, maka dibentuklah sistem multitim, yaitu kumpulan dua atau lebih tim yang saling bergantung yang berbagi tujuan dari atasan. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, kita dapat melihat koordinasi respon yang diperlukan saat terjadi kecelakaan mobil yang besar. Terdapat tim jasa medis darurat yang memberikan respon awal dan mengangkut korban ke rumah sakit, tim gawat darurat yang kemudian mengambil alih, memberikan perawatan medis, diikti oleh tim pemulihan. Secara teknis, ketiga tim tersebut berdiri sendiri, tetapi aktivitas mereka saling bergantung, karena memiliki tujuan yang sama yaitu menyelamatkan nyawa.
Menciptakan tim yang efektif sangat penting bagi organisasi, untuk itu diperlukan beberapa komponen yang dapat mendukung terciptanya tim yang efektf. Ada tiga kategori umum yang membawahi komponen-komponen dari terciptanya tim yang efektif. Konteks, terdapat empat faktor yang secara signifikan sangat terkait dengan kinerja tim yaitu, sumber daya yang memadai, kepemimpina yang efektif, iklim kepercayaan, serta evaluasi kinerja dan sistem pemberian imbalan yang mencerminkan kontribus tim. Komposisi, meliputi variabel-variabel yang terkait dengan bagaimana seharusnya tim menempatkan staf, yaitu kemampuan dan kepribadian dari para anggota tim, alokasi peran, ukuran tim dan keinginan para anggota atas kerja tim. Proses, meliputi variabel proses yaitu komitmen anggota pada tujuan umum, menetapkan tujuan tim secara spesifik, keberhasilan tim, konflik yang dikelola dan meminimalkan kemalasan sosial. Hal ini terutama sangat penting dalam tim-tim yang lebih besar dan memiliki ketergantungan tinggi, karena proses kelompok berdampak pad efektivitas aktual kelompok.
Pada dasarnya, setiap orang bukanlah para pemain tim, terlebih bagi karyawan yang bekerja dengan tingkat individualitas yang tinggi. Untuk mengubah kontributor individual ke dalam anggota tim, para manajer perl melakukan usaha-usaha, yaitu :
1.       Pemilihan dengan cara merekrut para pemain tim, dalam hal ini manajer harus memastikan bahwa para kandidat dapat memnuhi peranan tim mereka sejalan dengan persyaratan teknis. Selain itu, manajer juga perlu melihat sifat dan kepribadian para kandidat, kesukaan akan pekerjaan, serta latar belakang umur dan pendidikan.
2.      Pelatihan untuk menciptakan para pemain tim dilakukan agar para anggota dalam satu tim dapat mengrhasilkan kepuasan kerja. Pelatihan dapat dilakukan melalui seminar, ataupu program pelatihan yang diadakan oleh organisasi.
3.      Pemberian imbalan dilakukan agar seorang karyawan dapat menjadi pemain tim yang baik. Namun, perlu diingat bahwa sistem pemberian imbalan ini dilakukan untuk mendorong usaha bekerja sama dan bukanya saling berkompetisi. Promosi, kenaikan gaji dan bentuk penghargaan lainnya harsu diberikan kepada para individu yang telah bekerja dengan efektif sebagi anggota tim. Hal ini, tidak berarti kontribusi individual akan diabaikan, melainkan mereka harus diseimbangkan dengan kontribusi yang tanpa pamrih kepada tim. Selain itu, jangan lupakan imbalan secara intrinsik, seperti persahabatan.
Kerja tim memerlukan lebih bayak waktu dan sering kali lebih banyak sumber daya daripada kerja individu. Tim meningkatkan tuntutan untuk berkomunikasi, pengelolaan konflik dan pertemuan untuk dilaksanakan. Dengan demikian, manfaat dari menggunakan tim harus melebihi biayanya, dan hal itu tidak selalu kasusnya. Oleh karena itu, sebelum kita membentuk dan mengimplementasikan tim, kita perlu berhati-hati dalam menilai apakah pekerjaan tersebut memerlukan atau memperoleh manfaat dari usaha secara tim atau tidak. Untuk menilai hal tersebut, kita dapat melakukan tiga tes. Pertama, apakah pekerjaan itu lebih baik dilakukan oleh lebih dari satu orang?. Kedua, apakah pekerjaan akan menciptakan tujuan yang umum atau menetapkan tujuan bagi orang-orang didalam kelompok yang lebih banyak daripada tujuan individu secara keseluruhan?. Ketiga, apakah para anggota kelompok saling bergantung atau tidak?.
Menggunakan tim, berarti kita harus siap saling bergantung pada para anggota lainnya dalam mengerjakan tugas-tugas. Keberhasilan dari keseluruhan bergantung pada keberhasilan dari masing-masing orang, dan keberhasilan masing-masing orang bergantung pada keberhasilan yang lainnya.

Sumber : Perilaku Organisasi oleh Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge

Comments

Popular posts from this blog

Makalah Ta'limul Muta'allim " Memilih Ilmu, Guru dan Ketabahan dalam Menuntut ilmu "

Budaya Organisasi

Keragaman Dalam Organisasi