Konflik dan Negoisasi


Perjalanan sebuah organisasi tidak akan pernah lepas dari adanya konflik, bahkan jika organisasi tersebut adalah organisasi yang hebat sekalipun. Secara umum, konflik merupakan sebuah presepsi seseorang terhadap suatu hal yang seringkali bersifat negatif. Ada dua pandangan mengenai definisi konflik. Pertama, pandangan tradisional yang berkeyakinan bahwa semua konflik berbahaya dan harus dihindari. Kedua, pandangan interaksionis yang berkeyakinan bahwa konflik tidak hanya sebuah paksaan yang positif dalam sebuah kelompok tetapi juga sangat diperlukan bagi suatu kelompok untuk bekerja dengan lebih efektif.
Untuk memahami suatu konflik dalam sebuah organisasi, kita dapat memulainya dari mengidentifikasi tipe dari konflik atau masalah yang sedang terjadi mengenai hal apa. Apakah mengenai tujuan organisasi? Ataukah tentang orang-orang didalam organisasi tersebut?. Ada tiga kategori untuk menggolongkan sebuah konflik, konflik tugas terkait dengan kandungan dan tujuan pekerjaan, konflik hubungan menitikberatkan pada hubungan interpersonal dan konflik proses mengenai bagaimana menyelesaikan pekerjaan yang ada. Cara lain untuk memehami konflik adalah dengan mempertimbangkan lokus atau dimana konflik tersebut terjadi. Konflik dyadic adalah konflik diantara dua orang, konflik intragrup adalah konflik yang terjadi didalam sebuah kelompok atau tim dan konflik antarkelompok adalah konflik yang terjadi diantara kelompok atau tim.
Terjadinya sebuah konflik, tidak serta merta muncul begitu saja, ada proses yang dilalui untuk membuat suatu hal menjadi konflik. Proses konflik memiliki lima tahapan, pertama pertentangan yang berpotensial atau ketidasesuaian, dalam tahap ini menampilkan penyebab atau sumber yang dapat menimbulkan konflik, ada tiga kategori penyebab konflik : komunikasi, struktur dan variabel pribadi. Kedua, kesadaran dan personalisasi, pada tahap ini orang-orang mulai mendefinisikan konflik yang ada. Ketiga, niat dimana orang-orang memutuskan untuk bertindak dalam cara tertentu, kita dapat melihat lima niat orang-orang dalam menangani konflik : bersaing, berkolaborasi, menghindar, mengakomodasi atau berkompromi. Keempat, perilaku, pada tahap ini konflik menjadi terlihat, perilaku tersebut meliputi pernyataan, tindakan dan reaksi yang dibuat oleh pihak yang berkonflik. Kelima, hasil, aksi-reaksi yang saling memengaruhi diantara pihak yang berkonflik menciptakan konsekuensi, konsekuensi atau hasil akan menjadi fungsional, jika konflik dapat meningkatkan kinerja kelompok, atau disfungsional, jika menghambat kinerja.
Salah satu cara menyelesaikan konflik adalah dengan melakukan negoisasi. Secara umum, negoisasi diartikan sebagai suatu proses yang mana dua atau lebih pihak saling bertukar barang atau jasa dan berupaya untuk setuju dengan nilai tukar bagi mereka. Dalam melakukan negoisai diperlukan strategi yang jitu agar negoisasi dapat menguntungkan kedua belah pihak, maka kita dapat melakukan salah satu cara perundingan. Perundingan distributif, adalah negoisasi yag berupaya untuk membagi jumlah sumber daya secar tetap, perundingan ini juga dapat disebut win-lose solution. Perundingan integratif, adalah negoisasi yang berupaya mencari satu atau lebih kesepakatan yang dapat memberikan solusi kemenangan bagi kedua belah pihak, perundingan ini disebut juga win-win solution.
Untuk mencapai keberhasilan dalam negoisasi, diperlukan proses agar tidak terjadi kesalahan. Tahap pertama dalam proses negoisasi adalah membuat persiapan dan perencanaan, dimana dalam tahap ini kita harus mencari data secara detail terkait denga konflik yang ada. Apa latarbelakang konflik terjadi? Siapa saja yang terlibat dalam konflik? Dan lain sebagainya. Tahap kedua, mendifinisikan aturan yang mendasar, yaitu mendifinisikan aturan dan prosedur dari negoisasi itu sendiri seperti, siapa yang akan melakukan negoisasi? Kapan akan dilakukan negoisasi? Dan sebagainya. Tahap ketiga, klarifikasi dan pembenaran, yaitu menjelaskan , memperkuat, menjernihkan, mendukung dan membenarkan permintaan pada saat negoisasi berlangsung. Tahap keempat, perundingan dan pemecahan masalah, tahap ini merupakan tahap inti dalam proses inti, dimana kedua belah pihak pada saat negoisasi melakukan konsesi. Tahap terakhir, penutupan dan implementasi, yaitu merumuskan perjanjian yang telah dibentuk dan mengembangkannyanya untuk diimplementasikan.
Selain mengikuti seluruh proses negoisasi, agar negoisasi berhasil dan berjalan efektif juga dibutuhkan orang yang tepat untuk menjadi negosiator. Ada empat faktor yang memengaruhi seberapa efektifnya individu melakukan negoisasi : kepribadian, suasana hati/ emosi, budaya dan gender. Dalam negoisasi, jika kedua belah pihak menemui jalan buntu dalam mencapai kesepakatan, maka mereka dapat meminta bantuan pihak ketiga untuk mencari solusi.

Sumber : Perilaku Organisasi oleh Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge

Comments

Popular posts from this blog

Makalah Ta'limul Muta'allim " Memilih Ilmu, Guru dan Ketabahan dalam Menuntut ilmu "

Budaya Organisasi

Keragaman Dalam Organisasi